Cerita Wastra Indonesia
Salah satu kekayaan budaya
negeri kita yang paling berharga adalah wastra atau kain Nusantara. Setiap
provinsi, dari Sabang sampai Merauke, memiliki kain khas masing-masing.
Mustahil untuk mengulasnya satu per satu, jadi… yuk berkenalan dengan empat jenis yang populer, yaitu kain batik,
tenun, songket, dan gringsing.
Batik
Batik Indonesia yang populer
hingga ke mancanegara identik dengan kain batik dari Pulau Jawa. Wajar saja,
karena masyarakat Jawa memang memiliki banyak sekali motif batik asli. Bahkan, satu
daerah di Jawa saja bisa memiliki ratusan motif batik sendiri.
Tapi ternyata, setiap pulau di
Indonesia punya batiknya masing-masing, lho! Di Sumatra ada batik Tanah Liek
dari Sumatra Barat dan batik Batang Hari dari Jambi. Kalimantan punya batik
Kambang Tanjung dan Kulit Ayu, sedangkan Sulawesi terkenal dengan batik
Minahasa. Papua pun juga punya, yaitu batik Sentani dan Kamoro.
Tenun
Kain tenun Nusantara dari
Sumatra yang cukup terkenal adalah Ulos dari Sumatra Utara dan Tapis dari
Lampung. Selain itu, masih ada tenun Sasak dan Bayan dari Nusa Tenggara Barat,
tenun Sumba dari Nusa Tenggara Timur, dan tenun Toraja dari Sulawesi Selatan
yang hampir punah karena nggak punya pengrajin penerus. Padahal, kain ini sudah
ada sejak jaman prasejarah dan punya nilai filosofis yang dalam. Sayang sekali,
ya!
Tenun yang bagus adalah tenun
yang dibuat secara manual (handmade)
dengan ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin. Teksturnya agak kasar, namun bernilai
jauh lebih tinggi dibandingkan kain-kain tenun halus yang dibuat dengan mesin
mekanik.
Songket
Ini juga termasuk salah satu
varian tenun yang banyak ditemui di Sumatra. Songket sendiri berasal dari kata
melayu “sungkit’ yang berarti mengait atau mencungkil yang jadi teknik
penggunaan benangnya. Ciri khasnya adalah sulaman benang emas atau perak di
permukaan kain yang menimbulkan efek kemilau.
Sama seperti tenun, dulu songket
adalah simbol kemakmuran. Cuma kaum bangsawan saja yang bisa memakainya. Harganya
memang relatif mahal. Saat ini harganya berkisar antara ratusan ribu sampai
jutaan rupiah. Ada juga songket antik Palembang berusia 200 tahun yang harganya
mencapai Rp 150 juta.
Wow!
Gringsing
Cuma ada tiga jenis kain
di dunia yang dibuat dengan teknik dobel ikat, yaitu Kimono dari Jepang, Puttapaka
Saree dari India, dan Gringsing dari Desa Tenganan di Karangasem, Bali. ‘Gring’ artinya tidak, dan ‘sing’ artinya sakit, jadi secara
filosofis, kain ini dimaksudkan sebagai penolak bahaya. Pembuatannya pun harus
mengikuti aturan adat.
Komentar
Posting Komentar